Kamis, 19 September 2013

LAPORAN SUNGAI LOGAWA 1

BAB 1

PENDAHULUAN


  1. Latar belakang
Habitat air tawar menempati daearah yang relative kecil pada permukaan bumi, di bandingkan dengan habitat laut dan daratan. Tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti karena air tawar meupakan sumber air yang praktis dan mura contohnya adalah sungai. Sungai merupakan salah satu bentuk ekosistem mengalir didalamnya terdapat interaksi antara faktor biotic dan faktor abiotik. Factor biotic diantaranya adalah Berupa tumbuhan maupun hewan dibagi 3 kelompok. Pertama Produser: organisme penghasil, yaitu zooplankton dan fitoplankton, yang kedua Konsumer: organisme pemakai yaitu kepiting, ikan kecil, ikan sedang maupun ikan besar. Ketiga adalah Dekomposer: organisme pengurai yaitu bacteri dan cacing. Sedangkan factor abiotiknya adalah cahaya, suhu, garam-garam organic, angin, kedalaman, kekeruhan dan Ph.

Di dalam sungai terdapat tingkatan organisme yaitu Spesies. spesies adalah tingkatan taksonomi terendah dimana angotanya tidak terisolir secara reproduktif, yang dimaksud terisolir ialah tidak mempunyai keturunan. Kemudian masuk ke tingkatan selanjutnya ialah populasi yan merupakan kumpulan kumpulan organisme satu spesies yang menempati ruang yang sama dan dalam waktu tertentu. Populasi dapat di deskripsikan dengan melihat parameter-parameternya, salah satunya ialah dengan menghitung kelimpahan absolutny. Kelimpahan absolute dapat dilakukan dengan menggunakan metode sensus, metode kuadrat, yang bergantung pada heterogenitas dandistribusi spasial, temporal, dan capture and recapture methods. Yang ketiga adalah komunitas merupakan kumpulan dari populasi dalam ruang dan waktu yang sama. Untuk menguku suatu komunitas dapat dilakukan deng menggunakan beberapa parameter diantaranya : kekayaan spesies, komposisi setiap populasi bebeda-beda dan abstraksi yang menjadi indeks-indeks yaitu indeks keragaman, indeks pemerataan dan indeks dominan.


BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT


  1. TUJUAN :
  1. Mengetahui kekayaan dan keragaman jenis bentik dan drift di Sungai Logawa
  2. Menghitung indeks keragaman bentik, indeks kemerataan, indeks dominansi, maupun indeks rasio aktifitas bentik dan drift.
  3. mengetahui perilaku merapung invertebrata bentik yang meliputi :
·         kapan bentik paling banyak merapung
·         taksa apa yang paling banyak merapung
  1.  mendeskripsikan komunitas benthos secara structural
  2. mendeskripsikan lokasi secara umum dan khusus




  1. MANFAAT
ü  Dapat mengetahui  indeks keragaman, indeks kemerataan, indeks dominansi, indeks rasio aktifitas bentik dan drift
ü  Dapat Menghitung indeks keragaman bentik, indeks kemerataan, indeks dominansi, maupun indeks rasio aktifitas bentik dan drift
ü  Mampu mendeskripsikan komunitas benthos secara structural
ü  Mampu mendeskripsikan lokasi secara umum dan khusus



BAB III
MATERI DAN BAHAN

  1. MATERI
  • Sungai dan arus
Perairan darat terutama perairan tawar merupakan perairan terbatas, tertutup dan amat mudah dipengaruhi oleh ilkim setempat dari daratan yang mengelilinginya. Perairan darat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
  • perairan mengalir (mata air, aliran air dan sungtai)
  • perairan menggenang (danau, rawa dan kolam)
perairan mengalir disebut sebagai daerah lotik. Contoh ayng akan dibahas kali ini adalah sungai, lebih tepatnya di Sungai Logawa.
1.      Sungai
Sungai merupakan salah satu perairan darat yang mengalir. Berdaasrkan letak dan kondisi lingkungannya dibagi menjadi tiga bagian :
a)      Hulu sungai, terletak di daerah yang tinggi, menglir melalui bagian yang curam, dangkal dan berbatu dengan arus dan goncangan yang cepat, volume air kecil, kandungan oksigen terlarut yang tinggi, suhu yang rendah warna air jernih.
b)      Hilir sungai, terletak didaratan yang rendah, dengan arus yang tidak begitu kuat dan volume air yang besar, kecepatan fotosintesis yang tinggi dan banyak bertumpuk pupuk organic
c)      Muara sungai letaknya hamper mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai lain, arus air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak mengandung bahan terlarut, Lumpur dari hilir membentik delta dan warna air sangat keruh

Perairan sungai umumnya terdiri dari dua habitat yang berbeda yaitu habitat riam dan habitat lubuk.
v  Habitat riam
Yaitu bagian dari sungai yang airnya dangkal tapi arusnya cukup kuat untuk mengendapkan sediment di dasar, sehingga menyebakan dasar sungai menjadi padat. Wilayah ini terutama dihuni oleh jasad-jasad bentik yang melekat dan berpegang erat pada substrat padat dan ikan-ikan yang melalui arus kuat.
v  Habitat lubuk
Yaitu bagian dari sungai yang arusnya lemah dan kedalamannya lebih dalam daripada wilayah riam. Ini mengakibatkan kecenderungan mengendapkan partikel-pertikel yang terdapat sebagai suspensi dasar sungai yang lunak dan tidak dapat dihuni oleh benthos yang hidup dipermukaan dasar serta nekton dan plankton
2.      Arus
Arus merupakan ciri khas perairan yang mengalir yang membedakan dengan perairan tergenang. Kecepatan tidak selalu tetap dan bervariasi. Menurut Hawkes (1978), kecepatan arus dikelompokkan menjadi empat kriteria, yaitu sebagai berikut :

No
Kecepatan Arus ( cm/dt)
Jenis Arus
1
100
Sangat kuat
2
50-100
Cepat
3
25-50
Lambat
4
10-25
Sangat lambat

Kecepatan aliran tergantung pada kecuraman gradient, halus kasarnya sungai, lebarnya perairan, kedalaman perairan dan pasokan airya. Pada alur sungai yang lurus, arus tercepat berada di tengah sungai. Hal ini sesuai dengan hukum fisika mengenai gesekan (fiction) yaitu daerah yang terbebas adalah yang tercepat arusnya. Pada alur sungai yang berkelok (meander), bagian-bagian yang tercepat arusnya adalah pinggir bagian bawah sungai. hal ini sesuai dengan hukum fisika mengenai putaran massa, disuatu aliran yang sama (membujur dan melintang dari arah aliran) dari waktu ke waktu. Kecepatan arus akan berkurang sesuai dengan semakin bertambahnya kedalam ke suatu perairan dan akhirnya angina tidak berpengaruh sama sekali tehadap kecepatan arus pada kedalaman 200 m. Tingkat kecepatan aliran air sungai tidak selalu tetap,sehingga substat dasar akan berubah ubah.




Hynas (1974) mengelompokan kecepatan arus yang mempengaruhi tipe sediment, sebagai berikut :

No
Kecepatan arus (cm/dt)
Jenis sediment
1
121
Karang
2
91
Batu besar
3
60
Batu kecil
4
30
Batu kerikil
5
20
Pasir
6
12
lumpur

Tipe subsrat akan mempengaruhi makro benthos.Jenis cacing akan banyak di jumpai pada subsrat lunak dan insekta air seperti Hemiptera akan sering di jumpai di balik bata-batuan.Menurut Heynes,permukaan batuan merupkan habitat yang sesuai dengan insekta air,seperti Ephemeroptera dan genera Chironomus banyak dijumpai dalam habitat ekosistem lunak.

Ø   KOMUNITAS
Komunitas adalah kumpulan beberapa populasa pada ruang yang sama dan pada waktu tertentu.Kumunitas yang akan dibahas disini yaitu komunitas Bentos secera structural.Benthos merupakan jasad nabati maupun hewani yang hidup di dasar permukaan perairan ( Odum,1971).Benthos termasuk invertebrate yang mempinyai ukuran-ukuran tertentu,seperti
  1. Makrobenthos, yaitu invertebrate yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,00 mm, misalnya,Crustacea,annelida, Molusca.
  2. Mikrobenhtos yaitu hewan invertebrate yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,1 mm.
  3. Mesobenthos yaitu invertebrate yang mempumyai ukuran antara 0,1-1,0 mm.
Makrobenthos adalah hewan akuatik yang sebagian hidupnya berada di dasar perairan, baik yang menggali lubang maupun yang merayap di dasar permukaan perairan.Hewan akuatik ini pada fase dewasanya mempunyai ukuran paling kecil 3-5 mm (Odum,1971) dan merupakan salah satu organisme yang dapat di gunakan sebagai pemantau kualitas suatu perairan. Hal ini dikarenakan makrobenthos mempunyai penyebaran yang luas dengan mobilitas yang rendah, sehingga mudah digunakan dalam keperluan analisis.Ukuran makrobenthos juga relatif  besar sehingga mudah untuk diidentifikasi dan diketahui tingkat taksonominya secara tetap.Selain itu, makrobenthos hidup relatif menetap sehingga selalu kontak dengan lembah yang maduk ke habitatnya.Kelompok makrobenthos lebih mencerminksn sdsnys perubshsn factor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu, karena hidupnya terus menerus terdedah air yang kualitasnya berubah-ubah.

B.     METODE
Ø  BENTIK
  • Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Jala surber
  2. Kantong plastic/botol film bekas
  3. Tali raffia
  4. Kertas label
  5. Formalin 10%
  6. Nampan
  7. Saringan
  8. Loop
  9. Gelas objek
  10. Pelampung

·         Pengambilan contoh makroinvertebrata bentos dan rapungan
  1. Cara kerja pengambilan bentik
  1. Meletakkan jala surber di sembarang tempat dan pemasangannya melawan arus.
  2. Mengusap dengan tangan batu-batuan yang berada di daerah luasan jala
  3. Membersihkan makrobentos dari bahan-bahan lain, kemudian dimasukkan ke dalam botol film
  4. Memberi formalin sampai 10% pada botol-botol film tersebut dan pada tiap-tiap botol diberi lebel
  5. Menggolongkan organisme makroinvertebrata bentik yang diperoleh ke dalam masing-masing taksa dan menghitung jumlahnya
  6. Menghitung indeks keragaman, indeks dominansi, dan indeks kemerataan dan indeks rasio aktivitas makroinvertebrata yang diperoleh

Ø  DRIFT
b.      Cara kerja pengambilan drift
1.      Meletakkan jala surber disembarang tempat selama 1 jam dan pemasangannya melawan arus.
2.      Mengusap dengan tangan batu-batuan yang berada di luasan jala surber
3.      Membersihkan makrobenthos dari bahan-bahan lain kemudian dimasukkan ke dalam botol film
4.      Memberi formalin hingga 10% pada botol-botol film tersebut dan tiap-tiap botol diberi lebel
5.      Menggolongkan makroninvertebrata drift yang diperoleh ke dalam masing-masing taksa dan menghitung jumlahnya
6.      Menghitung indeks keragaman, indeks dominansi, indeks kemerataan, dan indeks rasio aktivitas makroinvertebrata yang diperoleh

Ø  Bentik
1)      Indeks keragaman
Keragaman spesies dapat dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Winner

Keterangan :
H’ : Indeks keragaman
S : Jumlah spesies
Pi : Ni/N dengan,
Ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu seluruh spesies


Perhitungan :
1.      pukul 12.00-13.00 ® H’= -∑ Pi In Pi= -(-1,029) =1,029
2.      pukul 15.30-16.30 ® H’= -∑Pi In Pi = -1,146 =1,146
3.      pukul 17.30-18.30 ® H’= -∑Pi In Pi = -1,128 =1,128
4.      pukul 21.00-22.00 ® H’= -∑Pi In Pi = -1,09 =1,09
5.      pukul 23.30-00.30 ® H’= -∑Pi In Pi = -1,228 =1,228
6.      pukul 06.30-07.30 ® H’= -∑Pi In Pi = -1,024 =1,024
7.      pukul 09.00-10.00 ® H’= -∑Pi In Pi = -1,544 =1,544




2)      Indeks kemerataan





1.      Pukul 12.00-13.00 ® = 0.252

2.      Pukul 15.30-16.30 ® = 0,188
3.      Pukul 17.30-18.30 ® = 0,246
4.      Pukul 21.00 – 22.00 ® = 0,208
5.      Pukul 23.30 – 00.30 ® = 0,262
6.      Pukul 06.30 – 07.30 ®= 0,220
7.      Pukul 09.00 – 10.00 ®= 0,327

3)            Ratio aktivitas






Ra : rasio aktivitas
S : Jumlah taksa tertentu yang merapung pada siang hari
M : Jumlah taksa tetentu yang merapung pada saat matahari akan terbenam
BENTIK pada pukul 12.00-13.00 dengan jumlah = 59
BENtik pada pukul 17.30-18.30 dengan jumlah = 97
= 0,608


Perhitungan :
1.      pukul 12.00-13.00 ® -∑Pi In Pi = -1,757 =1,757
2.      pukul 15.30-16.30 ® -∑Pi In Pi = -1,15 =1,15
3.      pukul 17.30-18.30 ® -∑Pi In Pi = -1,254 =1,254
4.      pukul 21.00-22.00 ® -∑Pi In Pi = -1,643 =1,643
5.      pukul 23.30-00.30 ® -∑Pi In Pi = -1,045 =1,045
6.      pukul 06.30-07.30 ® -∑Pi In Pi = -0,934 =0,934
7.      pukul 09.00-10.00 ® -∑Pi In Pi = -1,291 =1,291

b. Indeks kemerataan





Keterangan :
E : Indeks kemerataan
H’ : Indeks keragaman
H’ max : log 2 S atau ln S


Perhitungan :
1.      Pukul 12.00-13.00 ®= 0.337
2.      Pukul 15.30-16.30 ®= 0.250

3.      Pukul 17.30-18.30 ® = 1,254
4.      Pukul 21.00 – 22.00 ® = 0,336
5.      Pukul 23.30 – 00.30 ® = 0,223
6.      Pukul 06.30 – 07.30 ® = 0,236
7.      Pukul 09.00 – 10.00 ® = 0,309

c. Ratio aktivitas





DRIFT pukul 12.00-13.00 dengan jumlah = 182
DRIFT pada pukul 17.30-18.30 dengan jumlah = 516

Ra= 182/516= 0.353

d. Indeks Dominasi






Keterangan : ni = ∑ individu ke 1 / ordo ke 1
                     N =  ∑ Total Ordo keseluruhan
*Indeks Dominasi tidak dihitung dalam praktikum karena menggunakan ordo
Kelimpahan taksa mekroinvertebrata bentik dan rapungan di Sungai Logawa.






PEMBAHASAN


Pemanfaatan makrobenthos sebagai indicator untuk menilai kualitas perairan dapat dilihat melalui pandekatan structural komunitas. Secara structural suatu komunitas dapat ditinjau dari kekayaan jenis dominasi,kemerataan,keragaman dan rasio aktifitas.seperti kita ketahui, bahwa pada kondisa sungai tercemar akan mengalami kerusakan habitat maka perairan tersebut akan mengalami penurunan kekayaan jenis, kemerataan,
keragaman dan terjadi dominasi oleh spesies yang toleran.kesuburan suatu perairan dikatakan baik apbila nilai keragaman tinggi dan kelimpahan jenis plankton rendah dan kelimpahan jenis perairan yang kurang subur tingkat keragamannya rendah dan kelimpahan jenis planktonnya tinggi (Odun,1971).hal ini berkaitan dengan prinsip kompetisi antar jenis organisme.keragaman spesies adalah hubungan antara jumlah spesies dan jumlah individu dalam suatu komunitas.dominasi adalah jenis atau golongan jenis yang sebagian besar mengendalikan arus energi dan kuat sekali mempengaruhi lingkungan dari semua jenis lainnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
Bentik
jumlah spesies makrobentos yang paling banak yaitu pada pukul 15.30 (438 ekor) yang terdiri dari lima ordo yaitu Coleoptera, ephemeroptera, annelida, odonata dan pleocoptera. sedangkan paling sedikit diperoleh pada pukul 12.00(59 ekor) yang terdiri dari yang terdiri dari lima ordo yaitu coleoptera, diptera, ephemeroptera, odonata dan plecoptera. padahal seharusnya pada saat malam harilah makrobentos akan banyak diperoleh.hal ini dikarenakan waktu pengambilan yang tidak sesuai target yang dilator belakangi oleh tidak mendukungnya cuaca lingkungan setempat.
Indeks keragaman paling tinggi diperoleh pada pukul pukul pukul 09.00-10.00=1,544, dan paling rendah pada pukul pukul 06.30-07.30 =1,024
Hewan yang paling mendominasi antara lain: ephemeroptera danplecoptera.Tingkat kemerataan makrobentik yang paling banyak diperoleh yaitu padapukul17.30-18.30  = 1,254dan kemerataan paling rendah diperoleh pada Pukul 15.30-16.30 = 0,188



Drift
Jumlah spesies makrobentos yang paling banyak diperoleh yaitu pada pukul 17.30 (516 ekor) yang terdiri dari tiga ordo yaitu Coleoptera, ephemeroptera dan plecoptera, edangkan jumlah paling sedikit diperoleh pada pukul 06.30 (52 ekor) yang terdiri lima ordo yaitu diptera, ephemeroptera, annelida, odonata dan plecoptera.
Indeks keragaman paling tinggi diperoleh pada pukul pukul 12.00-13.00 dengan angka 1,757 dan indeks terndah diperoleh pada pukul pukul 06.30-07.30 dengan angka 0,934pada pengambilan drift tidak ada organisme  makrobentos  yang mendominasiTingkat kemerataan makrobentos yang paling besar diperoleh padapukul Pukul 17.30-18.30 dengan angka 1,254dan paling rendah diperoleh pada pukul Pukul 23.30 – 00.30 dengan angka 0,223

  1. PERILAKU MERAPUNG
            Kemempuan berenang organisme-organisme planktonik sangat lemah sehingga hampir seluruh hidupnya dikuasai oleh gerakan-gerakan air.apalagi pada saat larva,dimana struktur tubuhnya belum lengkap/belum mempunyai alat untuk melekat pada permukaan dasar perairan.sehingga selama larva organisme ini selalu melakukan drift(merapung)sampai menuju tahap dewasa.selain itu,organisme-organisme ini melakukan perilaku merapung karena hal-hal sebagai berikut :
  1. mencari makan
pada sungai karena adanya arus sehingga pertukaran antara air dasar dan permukaan lebih intensif,sehingga suhu perairan cepat merata dan kandungan oksigennya lebih tinggi dari pada perairan tergenang seperti danau rawa dan kolam .pada siang hari ,suhu sungai menjadi lebih tinggi karena adanya cahaya matahari sedangkan pada malam hari suhunya lebih rendah karena panas dalam air sungai cepat terganti oleh udara luar yang dingin.suhu berbanding terbalik dengan massa jenis air,sehingga pada siang hari massa jenis air menjadi rendah dan bahan-bahan organic yang merupakan makanan makrobentos akan terendap di dasar perairan.hal ini jelas berpengaruh pada aktifitas makrobentos dalam mencari makanannya.sedangkan pada malam hari massa jenis sungai akan naik,sehingga bahan-bahan organic akan naik ke permukaan yang diikuti oleh kenaikan jumlah makrobentos dipermukaan suatu perairan.



  1. Menghindari predasi ikan
Pada malam hari kelimpahan makrobentos akan meningkat dan pada siang hari akan menurun.kelimpahan makroinvertebrata paling banyak diperoleh pada malam hari karena adanya aktifitas hewan noktural yang mencari makan di dasar perairan.oleh karena itu untuk mempertahankan hidupnya,organisme ini melakukan perilaku merapung disamping untuk mencari makanannya
  1. Arus air
Semakin meningkatnya kecepatan arus sungai maka laju drift juga akan meningkat karena terbawa arus.demikian pula penurunan kecepatanarus yang tiba-tiba ternyata meningkatkan pula larva insekta bentos untuk merapung

  1. FAKTOR FISIKA dan KIMIA

Factor-faktor fisika kimia yang mempengaruhi kehidupan makroinvertebrataini antara lain sebagai berikut :
*Suhu,merupakan salah satu factor yang sangat penting bagi berlangsungnya proses metabolisma dalam perairan.bagi komponen biotic,suhu menjadi factor pembatas dalam pertumbuhan organisme akuatik.sedangkan pada komponen abiotik,suhu mempengaruhi kandungan gas terlarut.tiap-tiap organismw mempuntai suhu optimum dan minimum dalam hidupnya dan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri hingga titik tertentu.suhu optimum suatu perairan adalah berkisar antara 23-28°C.perubahan suhu dapat menyebabkan perubahan komposisi komunitas zooplankton tersebut.
*Penetrasi cahaya,merupakan factor yang sangat mendukung kehidupan organisme akuatik dan sangat penting bagi fitoplankton dan tumbuhan air yang mengandung klorofil untuk melakukan proses fotosintesis.oleh karena itu cahaya matahari sangat penting sebagai sumber bagi semua jasad hidup di dalam perairan.
*Kekeruhan air,adalah suatu ukuran bias cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel yang terkandung dalam perairan.kekeruahn air merupakan ekspresi sifat air yang menyebabkan cahaya matahari bias masuk ke badan air dapat dibaurkan,diserap maupun ditransmisikan.kekeruhan mempunyai hubungan negative dengan intensitas cahaya matahari dalam air



  1. EFEK LIMBAH dan PENGGALIAN TAMBANG C (BATU dan PASIR)
Pada saat pengambilan sampel bentik dan drift ternyata yang banyak tertangkap hanyalah makrobentik,sedangkan organisme lain seperti ikan tidak banyak yang tertangkap.ini membuktikan bahwa populasi ikan di sungaitersebut semakin sedikit akibat banyaknya limbah-limbah yang mengalir ke sungai tersebut yang merupakan limbah domestic dan industri.limbah industri yang mengalir ke sungai tersebut contohnya industri tepung tapioca,yang telah diketahui bahwa limbah ini  merupakan sumber pencemaran bahan oorganik yang menyebabkan degradasi lingkungan berupa turunnya kualitas air baik daya dukungnya secara ekologis maupun pemanfaatannya.air yag tercemari limbah ini akan turun menurun kadar oksigennya,secara fisik juga akan berbau,keruh dan berubah warna.disamping itu adanya timbunan ampas akan mengganggu substrat dasa sungai.begitupun dengan penambangan galian  yang terdapat di sepanjang aliran sungai.kegiatan ini juga akan menyebabkan habitat terutama bagian substrat dasar menjadi lebih homogen dan dengan keadaan substrat seperti ini kekayaan spesies makroinvertebrata semakin banyak yang berkurang seiring dengan menurunnya heterogenitas substrat  dan banyaknya ukuran partikel substrat



BAB V
DESKRIPSI UMUM DAN KHUSUS

Ø  Deskripsi umum daerah penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Bnyumas – Jawa Tengah. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Sungai Logawa (“rainagebasin”).
Sungai logawa bermata air di kaki Gunung Slamet yang terletak di sebelah Utara Desa Semaya. Sungai logawa meliputi area seluas 162 km2. terbentuk dari beberapa sungai kecil pada ketinggian 370 m dpl. Sungai logawa bermuara di Sungai Serayu di Desa Notog Kecamatan Patikraja. Di Desa Semaya Sungai Logawa bersatu dengan Sungai Tembong. Di Desa Jipang dengan Sungai Cangkok dan di Desa Karanglewas bersatu dengan Sungai Mengaji. Di Desa Sidabowa sungai ini bersatu dengan Sungai Banjaran. Dengan adanya sungai tersebut debit air dari Sungai Logawa meningkat.
Bagian hulu sungai berupa hutan, sedangkan bagian lainnya yaitu di bagian tengah dan hilir berupa pemukiman yang jarang peduduknya dan berupa lahan pertanian atau kebun. Pada kilometer 12.5 km ke arah hilir, Sungai Logawa mengalir melalui Kota Purwokerto terutama pada bagian tepi barat kota.
Sungai Logawa sebelum bersatu dengan Sungai Mengaji sangat jernih airnya dan pengukuran menggunakan keeping sechii menunjukkan kejernihan sampai dasar sungai. Kejernihan semakin berkurang setelah sungai ini bersatu dengan Sungai Mengaji, dan semakin berkurang setelah bersatu dengan Sungai Banjaran (kedalaman keeping sechii 0.75 m).

Ø  Deskripsi khusus
Hasil pengamatan secara visual kondisi tanaman tepi (riparian) pada sungai logawa pada bagian hilir cenderung lebih sedikit dan merupakan bagian terbuka dan di dominasi oleh perdu, semak dan lahan rerumputan. Berdasarkan pengamatan pengamatan yang dilakukan disekitar Sungai Logawa, maka diperoleh hasil habitat sebagai berikut :
Fisik dan Habitat

Kedalaman air = 8.5 m

Kecepatan arus air
§  12,9 sekon=10/12,9 =0,77 m/s
§  19,0 sekon=12,9/19 =0,52 m/s
§  16,0 sekon=10/16    =0,625 m/s

Hasilnya dijumlah menjadi 1,915/3 m/s =0,6383 m/s=o,64 m/s


Suhu air = 26ºC
Skor habitat
Ø  Substrat                                   :  20
Ø  Komponen kualitas habitat     :  15
Ø  Kualitas akungan                    :  5
Ø  Stabilitas tepian                       :  20
Ø  Perlindungan tepi                    :  20
Ø  Konopi                                    :   5
Jumlah =                                                 85
Permukaan air yang terkena sinar matahari secara langsung.




BAB VI
DAFTAR PUSTAKA


Barus,T.A.220. Pengantar Limnologi. Medan:Universitas Sumatra utara
Ewuise,y.j.1990. Pengantar Ekologi Tropika.Bandung:ITB
Hynes,H.B.N.1972. The Ecology of Running Water. Liverpool: Liverpool university
Press.
Krebs,C.J.1974.Ecology. University British Columbia Harper and Row. Published New York.
Krebs,C.J.1978. Ecology The Experimental Analysis of Distirbution and Abundance. Harper and Row.Published New York
Odum,E.P.1971.Fundamental of Ecology. Philadelpia: WB Sounders Co
Odum,E.P.1973. dasar-dasar ekologi. diterjemahkan oleh Thahmosamingan. Yogyakarta:Gadjah Mada Press
Pescod,G.W.1973. Investigation of Relation Efluentant Stream Standart for Tropical Countries. Bangkok: AIT
Widyastuti,E.1983.Kualitas Air Kali cakung ditinjau dari keragaman jenis ikan dan makrobentos.Thesis. Fakultas Pasca Sarjana.Bogor:IPB

0 komentar:

Posting Komentar