Kamis, 19 September 2013

Ex. Laporan Akhir Praktikum Ekologi Umum Mempelajari Bentos Dengan Faktor-Faktor Ekologi

1.1  Latar Belakang
Menurut Ubaidillah 2003, pada dasarnya bumi dan daratan. Perairan terbagi dalam perairan dalam dan perairan lepas pantai (Perairan laut). Perairan pedalaman umumnya tawar tetapi ada yang payau, dengn sifatnya mengalir atau menggenang. Pada praktikum kali ini dibahas mengenai perairan laut, lebih khususnya mengenai mahluk hidup invertebrata yang ada di perairan laut. Mahluk hidup ini dikenal dengan sebutan bentos.
Dengan mempelajari berbagai macam bentos, akan diketahui berbagai macam mahluk hidup yang ada di perairan laut. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Adapun faktor yang memepengaruhi yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan sehingga menyebabkan bermacam-macam bentos yang ada (Sahala,1985)

1.2  Tujuan Penelitian
  1. Dapat mengidentifikasi jenis bentos pada peraiaran air tawar.
  2. Menentukan indeks keanekaragaman bentos pada perairan air tawar.
  3. Menentukan indeks dominansi bentos pada peraairan air tawar.
1.3  Rumusan Masalah
  1. Berapa spesies bentos yang dapat ditemukan pada peraiaran air tawar ?
  2. Berapa indeks keanekaragaman bentos pada perairan air tawar ?
  3. Berapa indeks dominansi bentos pada perairan air tawar ?
1.4  Hipotesis
Hipotesis kerja
  • Jika nilai kelimpahan dan nilai indeks keanekaragaman semakin besar, maka semakin banyak pula spesies bentosyang dapat ditemukan pada perairan air tawar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum mengenai Bentos
Bentos dapat dibedakan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan cara mengidentifikasi ukuran dari bentos tersebut, pengklasifikasian menurut ukuran mereka dibagi menjadi 3 yaitu:
  • Microfauna: hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm, seluruh protozoa masuk dalam golongan ini.
  • Meiofauna: golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk protozoa yang bergolongan besar, cnidaria, cacing-cacing yang berukuran sangat kecil, dan beberapa crustacea yang berukuran sangat kecil.
  • Macrofauna: Hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,0 mm. Ini termasuk golongan echinodermata, crustacea, annelida, mollusca dan beberapa anggota phylum yang lain.
Selain itu juga bentos dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya, dalam hal ini bentos dibagi menjasi 2 macam yaitu:
  • Epifauna : hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Contoh hewan epifauna diantara nya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siput laut (Sea slug), bintang laut (Brittlle star).
  • Infauna : hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar lautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm), tiram (Cockle), macoma, Remis (clam).
Hewan-hewan bentos yang sering ada dalam grup dan mempunyai sifat yang khas dikenal sebagai communities (Masyarakat). Dimana hali ini berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Communities biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan (species) dari mana mereka dikena, yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan. Sebagai contoh masyarakat venus yang banyak dijumpai di lingkungan pasir, di lepas panatai di dominasi oleh bivalse moluska Venus striatula. Biasanya mereka dapat dijumpai bersama-sama dengan polychaeta dan ampphipod crustacean. Masyarakat Brissopsis/Amphiura dijumpai di lingkungan lumpurlepas pantai, mempunyai dua dominasi spesies yaitu Brissopsis lyrifera dan Amphiura chiaje. Hewan subdomina yang hidup bersama-sama mereka adalah beberapa golongan bivalve moluska dan polychaeta (Sahala,1985).
Diantara benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobenthos (Rosenberg, 1993).
Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit (Odum, 1993).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu       : Praktikum ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010
Tempat      : Pengambilan sampel bentos berasal dari danau Rektorat dan parit di depan SC UKM Universitas Airlangga. Sedangkan identifikasi bentos dilakukan di Laboratorium Ekologi Umum Departemen Biologi.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  • ekman grab atau van Veen grab
  • kantung plastik
  • ayakan
  • ember plastik
  • alkohol atau formalin 4%
  • kunci identifikasi makroinvertebrata
3.3 Cara Kerja
a. Menentukan titik tempat penelitian
b. Mengambil sedimen dengan menggunakan Ekman grab
c. Meletakkan sedimen yang didapat di atas ayakan
d. Mencuci sedimen tersebut dan mengambil hewan-hewan yang ada dan dimasukkan ke dalam botol koleksi yang telah diisi alkohol atau formalin 4%
e. Memberi label di setiap botol dan dibawa ke laboratorium
f. Identifikasi hewan-hewan makroinvertebrata yang didapat
g. Menghitung jumlah hewan dan setiap jenis dan keseluruhan jenis
h. Kemudian dapat diketahui jumlah makroinvertebrata keseluruhan dan masing-masing jenis.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1 Spesies bentos yang diambil dari parit depan SC UNAIR
No
Nama Spesies
jumlah
1
Lioplax pilsbryi pilsbryi
1
2
Melanoides tuberculata
38
3
Melanoides turricula
4
4
Potamon sp
9
total
52
Tabel 1.2 Spesies bentos yang diambil dari danau depan Rektorat
No
Nama Spesies
Jumlah
1
Doryssa globosa
16
2
Elimia clenchi
36
3
Tarebia granifera
26
total
78
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1 Indeks keanekaragaman spesies bentos di parit depan SC UNAIR
No
Nama Spesies
Indeks keanekaragaman
1
Lioplax pilsbryi pilsbryi
-0,075
2
Melanoides tuberculata
-0,229
3
Melanoides turricula
-0,197
4
Potamon sp
-0,304
total
-0,805
Indeks keanekaragaman spesies (H’) diperoleh dengan penghitungn menggunakan rumus :
H = -Σ Pi ln Pi
Dimana:
H’ = indeks keanekaagaman
Pi =  ni/ N
ni = jumlah indvidu jenis ke-i
N = jumlah total individu
Sehingga nilai indeks keanekaragaman spesies bentos yaitu :
H’  = -Σ Pi ln Pi
H’ = -(-0,075 + -0,229 + -0,197 + -0,304)
H’ = -(-0,805)
H’ = 0,805
Dengan demikian nilai indeks keanekaragaman adalah 0,805, sehingga nilai H’ kurang dari 2,3026 (H’ < 2,3026) yang menunjukkan bahwa keanekaragam kecil dan kestabilan komunitas rendah.
Tabel 5.2 Indeks keanekaragaman spesies bentos di danau depan Rektorat
No
Nama Spesies
Indeks keanekaragaman
1
Doryssa globosa
-0,325
2
Elimia clenchi
-0,772
3
Tarebia granifera
-0,366
total
-1,463
Sehingga nilai indeks keanekaragaman spesies bentos yaitu :
H’  = -Σ Pi ln Pi
H’ = -(-0,325 + -0,772 + -0,366)
H’ = -(-1,463)
H’ = 1,463
Dengan demikian nilai indeks keanekaragaman adalah 1,463, sehingga nilai H’ kurang dari 2,3026 (H’ < 2,3026) yang menunjukkan bahwa keanekaragam kecil dan kestabilan komunitas rendah.  Kedua daerah sampling di atas menunjukkan indeks keanekaragaman yang rendah sehingga mempengaruhi tingkat kestabilan komunitas yang rendah pula menurut klasifikasi Wilhm dan Dorris (1968) dalam Mason (1981), yaitu pada kisaran nilai 0,075 – 0,304 pada parit depan SC UNAIR dan 0,325 – 0,772 pada danau depan Rektorat.
Tabel 5.3 Indeks Dominansi spesies bentos di parit depan SC UNAIR
No
Nama Spesies
Indeks Dominansi (%)
1
Lioplax pilsbryi pilsbryi
0,037
2
Melanoides tuberculata
53,402
3
Melanoides turricula
0,592
4
Potamon sp
2,995
total
57,026
Indeks dominansi (D) (Simpson, 1949) digunakan rumus:
D =   ni2  x  100%
N2
dimana :
D = Indeks Dominansi
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
Sehingga dengan kriteria menurut Odum  (1971), nilai D jika dikonversikan tidak dalam persentase berkisar antara 0,00037 – 0,53402.  Ini menunjukkan nilai D mendekati 1 dan menunjukkan ada spesies bentos yang mendominansi di parit depan SC yaitu Melanoides tuberculata.  Jika jenis-jenis yang dominan hilang, maka menurut Odum (1971) dalam Dianthani (2003), akan menimbulkan perubahan penting yang tidak hanya mempengaruhi pada komunitas biotiknya sendiri tetapi juga dalam lingkungan fisiknya.
Tabel 1.6 Indeks Dominansi spesies bentos di danau depan Rektorat
No
Nama Spesies
Indeks dominansi (%)
1
Doryssa globosa
4,208
2
Elimia clenchi
21,302
3
Tarebia granifera
11,111
total
36,621
Berdasarkan indeks dominansi di atas, maka nilai D berkisar antara 0,04208 – 0,21302.  Ini menunjukkan nilai D mendekati 0 sehingga tidak ada spesies bentos yang memdominansi di danau depan Rektorat.
Indeks Keanekaragaman (Diversity Index), dan indeks dominansi merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kestabilan komunitas biota perairan terutama dalam hubungannya dengan kondisi suatu perairan. Dengan mengacu pada nilai indeks, terlihat bahwa perairan danau depan Rektorat cenderung tidak stabil karena relatif tidak ada spesies bentos tertentu yang mendominasi dan rendahnya keanekaragaman. Dimana menurut Clark (1974) dan Krebs (1972) dalam Arsil (1999), tingginya keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak ekosistem.  Sedangkan di parit depan SC ada spesies bentos yang dominan.  Adanya dominansi suatu spesies dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lain.  Namun tingkat keanekaragamannya rendah sehingga kestabilannya pun rendah. Ekosistem yang tidak seimbang akan mempengaruhi pakan alami sehingga jika pakan alami tidak tersedia maka kelangsungan hidup larva organisme akan terancam.
BAB VI
KESIMPULAN
  1. Indeks keanekargaman spesies bentos di parit depan SC sebesar  0,805.
  2. Indeks keanekaragaman spesies bentos di danau depan Rektorat sebesar 1,463.
  3. Tingkat keanekaragaman spesies bentos di parit depan SC dan danau depan Rektorat rendah sehingga kestabilan ekosistemnya juga rendah.
  4. Indeks dominansi spesies bentos di parit depan SC berkisar antara 0,00037 – 0,53402 yang menunjukkan adanya spesies bentos yang mendominansi ekosistem perairan lotik.
  5. Spesies yang dominan di ekosistem parit ialah Melanoides tuberculata.
  6. Indeks dominansi spesies bentos di danau depan Rektorat berkisar antara 0,04208 – 0,21302 yang menunjukkan bahwa tidak ada spesies bentos yang mendominansi ekosistem perairan lentik.
DAFTAR PUSTAKA
  • Hutabarat, S. 1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit UI-Pres: Jakarta.
    Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University press : Yogyakarta.
  • Pechenik, Jan A. 2000. Biology of the Invertebrate, Fourth Edition. Mc Graw Hill: USA
  • Rosenberg, D. M. and V. H. Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates. Chapman and Hall : New York, London.
  • Tan, Leo W.H. 2001. A Guide to Seashore. Singapore Scence Centre: Singapore
  • Ubaidillah, R dan Maryanto I, 2003, Managemen bioregional jabodetabek: Profil dan strategi pengelolaan situ, rawa, dan danau, lembaga ilmu pengetahuan Indonesia, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar